Senin, 16 Maret 2009

Fadlan dan Aris; Surabaya Samator















Surabaya, 17 Maret 2009

Selama musim kompetisi bola voli nasional (Sampoerna Hijau Voli Proliga), ada dua personil yang menarik perhatian yaitu Fadlan dan Aris dari tim Surabaya Samator.

Data Pribadi Fadlan
Nama Lengkap : Fadlan Abdul Karim
Tempat, tanggal lahir : Pontianak, 10 Maret 1984
Orang tua : Abdul Karim – Haliza
Anak ke : 4 dari 4 bersaudara
Tinggi, berat : 175 cm, 77 kg

Data Pribadi Aris
Nama lengkap : Aris Achmad Rizqon
Tempat/tanggal lahir : Banyuwangi, 21 Januari 1983
Orang Tua : Abdul Wahid – Sukartini
Anak ke : 3 dari 5 bersaudara
Tinggi/berat : 180 cm / 72 kg -

Sosok Libero Samator, Fadlan

“Wei!”, “Oy!”, “Ha!” adalah teriakan-teriakan khas anak-anak klub Surabaya Samator yang biasa mereka lakukan sambil berlari-lari mengelilingi lapangan saat mereka mencetak poin.
Selebrasi menarik ini juga yang kental terlihat pada semifinal Proliga versus Jakarta Sananta Jumat, 27 April 2007 di Istora Senayan kemarin serta final Samator vs BNI Taplus hari ini (29/4). Di antara arek-arek Surabaya itu, yang cukup terlihat menonjol teriakannya adalah sang libero, Fadlan.
Dia mengatakan selain untuk meluapkan emosi dan menghilangkan rasa grogi, gaya selebrasi itu membuat Samator merasa permainan mereka jadi lebih enak ditonton.
Terlahir dengan nama Fadlan Abdul Karim dari pasangan Abdul Karim – Haliza, bungsu dari 4 bersaudara ini mengaku kalau dia bercita-cita menjadi pemain voli sedari kecil. Sempat menjadi spiker di timnas junior, akhirnya Fadlan ditunjuk untuk mengisi posisi libero kebetulan kosong.
Mulai tahun 2006 ia direkrut Surabaya Samator setelah sebelumnya sempat bermain untuk Jakarta PLN. Ia mengakui adanya perbedaan yang cukup besar saat bermain di kedua tim tersebut, salah satunya mengenai kedisiplinan terhadap jadwal yang sangat ditekankan oleh Hu Xin Yu, pelatih Samator. Pukul 21.00 setiap hari Sabtu dan pukul 22.00 setiap Minggu mereka sudah harus berada di mess, tempat mereka tinggal. Di mess itu pula ia sekamar dengan Didi Irwadi sang tosser, rekan setimnya yang dikatakannya paling dekat dengannya.
Teman-temannya di Samator punya panggilan khusus untuknya yaitu Bob, yang kata Joni Sugiyatno adalah singkatan dari BOcah Bandel. Fadlan saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa semester 2 jurusan Manajemen Universitas Dr. Utomo, kampus yang sering ditinggalkannya demi membela klub dan daerahnya. Tempat favorit Fadlan untuk menghabiskan waktu liburannya adalah Bali.
Ketika ditanya pertandingan mana sejauh ini yang paling berkesan untuknya, ia menjawab saat ia diturunkan ketika Samator melawan Jakarta BNI Taplus di final Proliga 2006. Itu adalah untuk pertama kalinya ia bermain di final Proliga, walaupun saat itu ia dan rekan-rekannya harus mengakui keunggulan lawan yang ketika itu diperkuat Loudry Maspaitella, Risco Herlambang, Edu, dan Marcelo Bareto.
Karena itu tahun ini ia sangat ingin merasakan kemenangan atas lawan yang sama pada turnamen yang sama. Keinginan yang sangat mungkin terjadi jika mereka terus bermain konsisten dan menjaga emosi dan mental juara mereka, keinginan yang sama dengan yang dimiliki teman-teman setimnya dan banyak pendukung Samator di seantero Indonesia.

Short interview dengan Aris

Sebagai kapten tim Samator tahun 2007, Aris dituntut untuk bisa mengayomi dan membawa teman-teman satu timnya tetap berada dalam kondisi tenang, meskipun lawan berusaha membuat emosi tim Samator menjadi meninggi. Karena itulah, Aris mengaku dekat dengan semua skuad Samator.
Aris kecil tidak pernah berfikir akan menjadi pemain bola voli nasional, bahkan cita-citanya pada saat kecil adalah menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). “Seneng melihat PNS yang kelihatan gagah ketika memakai seragam”, begitu alasan Aris ketika ditanya mengapa memilih PNS sebagai cita-citanya.
Berawal dari sekedar main-main saja di lapangan voli kampung, di daerahnya desa Sukamukti, kecamatan Srono, kabupaten Banyuwangi yang sekaligus juga tanah kelahirannya, Aris dianggap punya bakat dan kemampuan yang cukup bagus sehingga disarankan bergabung dengan klub yang bagus untuk lebih mengembangkan potensi yang dia miliki.
Baru sekitar 3 bulan mengenyam pendidikan di salah satu STM di Banyuwangi, dengan dukungan penuh kedua orang tuanya (Abdul Wahid dan Sukartini), Aris mantap untuk memutuskan hijrah ke Sidoarjo, markas klub Samator kala itu. Tidak sia-sia, pada tahun 2002 Aris dipanggil untuk turut memperkuat Timnas Junior dan berlaga di Proliga 2002 dengan mengusung bendera Bogor Tunas yang memang bermaterikan pemain-pemain timnas Junior.
Setelah sukses meraih peringkat ketiga Kejuaraan Junior ASEAN 2002, Aris kembali bergabung dengan Samator sampai sekarang. Bersama Samator, Aris sudah merasakan aroma juara Proliga 2 kali, 2004 dan 2007. Sempat berpindah-pindah sekolah di bangku SLTA sebanyak 3 kali, Banyuwangi, Sidoarjo, dan Bogor (ketika mengikuti pelatnas voli Junior) akhirnya ketika kuliah, Aris yang bernomor punggung 3 ini mantap menjatuhkan pilihan di jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Dr. Soetomo Surabaya. Tapi, ketika jadwal kompetisi sedang penuh, Aris merasa agak kerepotan juga mengatur waktu antara kuliah, latihan, dan kompetisi, sehingga hal yang paling penting lah yang harus dia pilih sebagai prioritas utama.
Akan tetapi, penyuka tim sepakbola Inggris Chelsea ini juga menyadari bahwa dia tidak akan selamanya menjadi pemain voli. Lebih memilih untuk kerja kantoran sebagai sandaran masa depannya daripada menjadi pelatih, sehingga dia bertekad menyelesaikan kuliahnya dengan baik.“Rata-rata mantan pemain ingin jadi pelatih. Lha kalau semua menjadi pelatih, yang akan dilatih siapa?”, jawabnya sambil becanda. Sosok anak ke 3 dari 5 bersaudara ini cukup dikenal di kalangan volimania, terbukti dalam setiap pertandingan, namanya kerapkali diteriakkan oleh para supporter.
Mengaku kerap mengalami perlakuan yang aneh-aneh dari penggemarnya, mulai dari dicubit, dicium, sampai diikuti (baca dikuntit) sehabis pertandingan, namun dia merasa fine-fine saja selama reaksi dari penggemar tersebut tidak membahayakan. Dengan tersenyum, Aris menyatakan bahwa pengalaman yang paling berkesan berhadapan dengan pecinta voli adalah ketika dia diminta untuk mengelus perut seorang ibu muda yang sedang hamil.
Mengidolakan Loudry Maspaitella, sang maestro voli Indonesia, karena Aris menganggap bahwa Loudry adalah sosok yang bisa jadi contoh untuk para juniornya. “Mas Loudry itu sampai sekarang masih konsisten dengan permainan bagusnya, meskipun usia sudah tidak muda lagi”, kata Aris. Cedera, adalah hal yang paling ditakuti oleh Aris, karena ketika cedera mendera, diharuskan istirahat dari kegiatan voli yang telah menjadi darah dalam kehidupan Aris sehari-hari. Aris terakhir dibekap cedera adalah beberapa waktu sebelum Proliga putaran pertama dihelat, dan cedera itu dialaminya di engkel ketika latihan. Di akhir wawancara, Aris menegaskan bahwa target dia ke depan adalah ingin mempersembahkan yang terbaik bagi Indonesia di laga Sea Games mendatang. “Kalau di Sea Games lalu Indonesia meraih perak, tahun depan kami akan berusaha soptimal mungkin untuk mendapatkan emas”, harap Aris. Memang, sudah saatnya, kemajuan bola voli Indonesia bertumpu pada pundak pemain-pemain muda seperti Aris A. Rizqon ini, untuk itu diharapkan PB PBVSI lebih mengutamakan pembinaan sejak dini, agar regenerasi pemain berjalan dengan baik.

2 komentar: